QIRAAT MUTAWATIRAH DAN KONSEKUENSI TANAWWU’ ‘AL-‘IBADAH (WUDU) DALAM TAFSIR FATH AL-QADIR

Authors

  • Hilmy Pratomo Universitas Sains Alquran Indonesia, Indonesia
  • Maurisa Zinira Universitas Sains Alquran Indonesia, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.30868/at.v10i02.9235

Keywords:

Mutawatir qiraat, al-Syaukani, Fath al-Qadir, tafsir, tanawwu‘ al-‘ibadah

Abstract

Penelitian ini mengkaji variasi qiraat mutawatir dalam Q.S. al-Ma’idah ayat 6 serta implikasinya terhadap tanawwu‘ al-‘ibadah (keragaman praktik ibadah dalam hal ini wudu), dengan fokus khusus pada penafsiran al-Syaukani dalam Fath al-Qadir. Penelitian ini berangkat dari pemahaman bahwa perbedaan qiraat tidak hanya terbatas pada aspek fonetik, tetapi juga berpengaruh terhadap struktur gramatikal, makna semantik, serta penalaran hukum (istinbat al-ahkam). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka, penelitian ini menganalisis Fath al-Qadir secara deskriptif-analitis, menekankan pada dimensi linguistik, semantik, dan yuridis secara sistematis. Hasil kajian menunjukkan bahwa perbedaan bacaan arjulakum (nasb) dan arjulikum (jar) merupakan qiraat mutawatir yang sahih dan tergolong sebagai ikhtilaf al-tanawwu (perbedaan yang bersifat variatif), bukan ikhtilaf al-tadad (pertentangan). Al-Syaukani membatasi kajiannya hanya pada tujuh qiraat kanonik, dengan sengaja mengecualikan qiraat syadzah maupun qiraatasyrah untuk menjaga konsistensi metodologis. Meski mengakui keabsahan kedua bacaan tersebut, melalui metode tarjih yang didukung hadis Nabi, ia menegaskan bahwa hukum membasuh kaki lebih kuat dan lebih otoritatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa qiraat mutawatir berperan ganda yaitu melegitimasi keragaman ibadah sekaligus memperkaya ilmu tafsir dan fikih. Selain menjaga otoritas teks Al-Qur’an, qiraat juga memberikan dasar toleransi, fleksibilitas, dan keterbukaan intelektual dalam praktik keislaman. Dengan demikian, qiraat tidak hanya melestarikan kewibawaan teks, tetapi juga mendorong inklusivitas, kreativitas, dan dinamika dalam ekspresi iman.

References

Abdul Hadi al-Fadhili. (n.d.). Al-Qiraat Al-Qur’aniyyah: Tarikh wa Ta’rif.

Abdullah Saeed. (2006). Interpreting the Quran towards a Contemporary Approach. Routledge.

Abu Hayyan al-Andalusi. (1993). Al-Bahru al-Muhit. Beirut: . Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

al-Fairuz Abadi, M. (2007). Kamus al-Muhit. Juz II. Dar al-Kutub al-‘Ilmiah.

al-Ismail, N. I. M. I. (2000). ‘Ilmu al-Qiraat: Nasy’atuhu, At waruhu, fī al-Lughah al-‘Arabiyyah. Maktabah al-Taubah.

al-Razi, M. ibn A. B. ibn ‘Abd al-Q. (2010). Mukhtar al-sihah . Dar al-Ma‘rifah.

al-Syaukani. (2007). Fath al-Qadir. Juz II. , . Daral-Hadis.

Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. (n.d.). al-Zarkasyi. Al-Burhan fī ‘Ulum Al-Qur’an. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.

Dr. Abdul Lathif al khatib. (2000). Mu’jam al-Qiraat.

Ibn Mujahid. (1972). Kitab al-Sab‘ah fī al-Qiraat. . Dar al-Ma‘arif.

Ma’luf, L. (1977). al-Munjid fi al-Lughah wa al-‘Alam. Daar al-Masyariq.

Manna’ al-Qaththan. (2000). Mahabits fi ulum Al-Qur’an. Maktabah Wahabiyyah.

Manzhur, I. (1990). Lisan al-’arab. Dar al-Fikr.

Syihabuddin Ahmad bin Muhammad Abdul Ghani. (2001). Ittihaf Fudala al-Bashar fi al-Qiraat al-Arba‘ah ‘Ashar.

Widayati, R. (2015). implikasi qiraat syadzdzah terhadap istinbath hukum. transpustaka.

Zarqani, A. (1995). Manahil Al-’Irfan fi Ulumil Qur’an. dar Al-kitab Al-’arabi.

Published

25-11-2025

How to Cite

Pratomo, H., & Zinira, M. (2025). QIRAAT MUTAWATIRAH DAN KONSEKUENSI TANAWWU’ ‘AL-‘IBADAH (WUDU) DALAM TAFSIR FATH AL-QADIR. Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, 10(02), 551–562. https://doi.org/10.30868/at.v10i02.9235

Citation Check